flux.

Apa kabar, wor(l)d?

Lama sekali tidak menulis di blog ini sampai merasa terasing.

Saat ini saya sedang menunggu hujan reda, mengingat Jakarta saat hujan itu akan mengubah jalanan menjadi simulasi neraka. Lucu ya menunggu sesuatu yang tidak pasti? Iya kan? Memangnya kita pernah tahu kapan hujan akan berhenti? Jawabannya jelas bukan? Kita tidak pernah tahu. Perkara hujan dan hal-hal yang tidak pasti lainnya akan selalu memiliki jawaban yang sama: tidak pernah tahu kapan akhirnya.

Mengapa hal yang tidak pasti itu tidak pernah kita ketahui akhirnya?

Sama dengan pertanyaan apa batas akhir dari suatu batasan?

Apa yang pasti dari ketidakpastian?

Sangat lucu bagaimana kita terus mencari suatu kepastian akan ketidakpastian padahal dunia ini penuh dengan perubahan. Apa yang pasti dari perubahan? Apa yang tetap dari perubahan? Jawabannya jelas: perubahan itu sendiri.

Tapi mengapa suatu ketidakjelasan selalu berujung pada penjelasan?

Apakah setiap penjelasan selalu menyelesaikan setiap ketidakjelasan?

Adakah jawaban pasti dari pertanyaan-pertanyaan di atas?

Saya mencoba untuk memahami bahwa pada akhirnya dunia ini merupakan rangkaian perubahan yang tiada henti. Semuanya berubah dan yang pasti di dunia ini hanyalah perubahan itu sendiri. Bagaimana dengan kematian? Bukankah kematian suatu hal yang juga pasti? Bukankah kematian merupakan bagian dari perubahan? Perubahan dari yang hidup menjadi tidak hidup lagi. Semua berubah, berubah semua, itulah dunia yang kita tempati sekarang ini. Satu yang menjengkelkan saya dari perubahan adalah bagaimana orang lain mengubah sikapnya pada kita; begitu juga sebaliknya. Hal yang sulit bukan? Menerima perubahan terjadi dalam hidup kita.

Herakleitos, merupakan seorang filsuf Yunani yang terkenal dengan pemikirannya mengenai perubahan. “

Semuanya selalu berubah tidak pernah ada yang tetap (everything is always in flux). Berdasar apa yang dikatakan oleh Herakleitos, maka dapat dipahami bahwa semua yang terjadi di dunia ini hanya terjadi satu kali. Tidak mungkin kejadian yang sama akan terulang kembali dalam dunia ini karena perubahan adalah hal yang pasti dalam dunia ini. Pemahaman mengenai pemikiran Herakleitos tersebut dapat dengan mudah dipahami dengan menggunakan analogi sungai; ketika kita melangkahkan kaki kita pada sungai untuk kedua atau ketiga kalinya; maka sungai tersebut bukanlah sungai yang sama saat kita melangkahkan kaki kita ke sungai tersebut untuk pertama kalinya. Aliran sungai yang selalu berubah dan terus mengalir merupakan gambaran akan perubahan dalam hidup yang akan terus terjadi tanpa ada titik henti.

Lalu bagaimana kita menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidup kita sendiri? Jika–menurut Herakleitos–dunia ini sendiri intinya hanyalah perubahan? Bagi saya sangat lucu ketika melihat orang lain mengagumi atau mengomentari suatu perubahan yang drastis pada hidup orang lain. Seakan perubahan adalah sesuatu yang baru dapat terlihat dan terjadi ketika ada suatu perbedaan yang jelas terlihat oleh orang lain. Padahal perubahan itu sendiri terjadi dalam skala kecil maupun besar bukan? Semua berubah sepersekian detik, namun seringkali manusia hanya melihat perubahan dalam skala besar–ketika terjadi suatu perubahan yang signifikan, sesuatu yang jelas terlihat. Namun, jika dipikir kembali, bukankah demikian hidup ini? Kita hanya melihat sesuatu yang terlihat–kita menilai sesuatu yang langsung terlihat mata.

Kita suka lupa bahwa perubahan kecil atau besar adalah suatu hal yang sama.

Kita suka lupa bahwa setiap orang memiliki konsep perubahannya masing-masing.

Kita terlalu sibuk melihat orang lain tanpa mencoba melihat perubahan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup sendiri.

—-

Bagaimana dengan saya?

Saya banyak mengalami perubahan. Bahkan setelah menuliskan kalimat sebelum ini saya telah melakukan perubahan; perubahan posisi duduk dan menguap. Apa yang saya lakukan merupakan perubahan bukan? Saya di tahun 2017 ini bukan lagi saya yang ada di tahun-tahun sebelumnya. Saya yang ada di tahun 1989 telah mengalami banyak perubahan hingga tiba di tahun 2017 ini. Bagi saya–yang sejak mengenal pemikiran Herakleitos di mata kuliah Sejarah Filsafat Yunani Kuno–semua berubah dan yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Satu yang sulit saya pahami adalah bagaimana perasaan terkadang tidak dapat menerima perubahan. Bagaimana ekspektasi memiliki relasi yang erat dengan perasaan; sehingga perubahan yang terjadi akan ekspektasi kita akan berpengaruh pada perasaan kita. Hal yang menarik karena perasaan bisa berubah namun terkadang perasaan tidak bisa mengatasi perubahan itu sendiri.

—–

Kita seringkali berada pada posisi telah mengetahui perubahan yang akan terjadi dan telah mengantisipasi segalanya. Namun, pada akhirnya ketika waktu datang dan menempatkan kita pada titik tersebut–apakah antisipasi yang telah kita siapkan dapat berjalan sebagaimana yang kita harapkan?

Dalam segalanya yang selalu berubah–maka antisipasi dan ekspektasi merupakan dua hal yang memang sebaiknya dikuasai oleh kita yang juga selalu berubah (bukan?).

 

Selamat berproses dalam perubahan.

——

Ditulis hanya untuk sublimasi penulis.

Terima kasih untuk WJI yang bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis saat tulisan ini dibuat.

 

Tinggalkan komentar